Menghadapi Pasar Bebas, Ini Langkah DPP GMB Bengkulu
BENGKULU – Pasar bebas Asia Tenggara yang dikenal dengan masyarakat ekonomi asean (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) sudah didepan mata. Di mana Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN sudah memasuki persaingan ketat. Terutama dibidang ekonomi.
Hal tersebut musti adanya langkah-langkah kongkrit yang harus dilakukan masyarakat di Indonesia. Tak terkecuali masyarakat di Provinsi Bengkulu. Sebab pasar terbesar di dunia tersebut masyarakat musti berkompetisi dengan masyarakat dari negara lain.
Langkah-langkah tersebut telah digencarkan dewan pimpinan pusat (DPP) Gerakan Muslimah Bersyar’i (GMB) Bengkulu. Caranya, dengan edukasi Smartrie digital usaha kecil dan menengah (UKM) kepada kelompok usaha, misalnya. Di mana edukasi tersebut memberikan pemahaman secara langsung pemahaman kepada masyarakat bagaimana menghadapi MEA.
Selain itu, upaya yang digencarkan GMB lainnya dengan menerapkan prinsip produksi, promosi dan pemasaran (3P). Dengan melibatkan secara langsung kelompok UKM di provinsi berjuluk ”Bumi Rafflesia”.
Edukasi Smartrie digital UKM, kata Ketua DPP GMB Bengkulu, Alisya Fianne Janne, sudah terbentuk di Kota Bengkulu. Di mana kelompok usaha UKM terbentuk di empat kecamatan. Meliputi, kecamatan Kampung Melayu, Teluk Segara, Muara Bangkahulu dan kecamatan Sungai Serut.
Kelompok usaha tersebut, sampai Alisya, melibatkan kaum emak-emak, remaja putri dan bapak-bapak dan pemuda. Persentasenya, 75 persen dari kalangan perempuan dan 25 persen dari kaum pria. Dalam satu kelompok, sampai Alisya, terdiri dari 20 orang.
”Dalam satu kelompok ada 20 orang. Kelompok itu untuk pengolahan usaha yang berbasis Smartrie Digital UKM. Bentuk usaha yang dikelola marketplace,” kata Alisya, Jumat (1/3/2019).

Pembentukan kelompok Smartrie Digital UKM, sambung Alisya, akan dibentuk disetiap kecamatan yang tersebar di seluruh penjuru Bengkulu. Hal tersebut guna memudahkan sistem pemasaran produk yang dihasilkan setiap kelompok usaha.
Di Bengkulu, jelas Alisya, sudah banyak kegiatan usaha. Namun, tingkat pemasarannya belum memadai dengan menggunakan basis smartrie digital UKM. Kondisi itu disebabkan masih terkendala dengan jaringan internet di pedesaan.
”Pembentukan smartrie digital UKM juga akan dibentuk di kabupaten-kabupaten di Bengkulu. Masing-masing kabupaten membentuk empat kelompok smartrie digital UKM,” sampai Alisya.
Tempat yang dijadikan smartrie digital UKM, lanjut ALisya, menggunakan rumah masyarakat setempat. Rumah tersebut dirancang sedemikian rupa agar dapat menjalankan smartrie, dengan dilengkapi perlengkapan dan peralatan penunjang.
Mulai dari meja kantor, satu perangkat komputer dan printer, serta jaringan Wi-Fi. Perlengkapan dan peralatan penunjang tersebut tentunya dapat dimanfaatkan sebagai tempat pelatihan bagi anggota kelompok.
”GMB Bengkulu baru seumur jagung. GMB peduli terhadap kelangsungan perekonomian masyarakat Bengkulu dalam menghadapi MEA. Saat ini GMB sudah terbentuk di 14 provinsi dengan DPP GMB di Bengkulu,” terang Alisya.